
Ngomongin pemain muda Prancis, biasanya yang keinget langsung Kylian Mbappé, Eduardo Camavinga, atau Aurélien Tchouaméni. Tapi di balik nama-nama besar itu, ada banyak talenta lain yang juga punya kualitas – salah satunya Alexis Beka Beka.
Nama yang unik, permainan yang enerjik, dan jalur karier yang cukup berbeda dibandingkan pemain muda Prancis kebanyakan. Beka Beka belum main di klub-klub elite macam PSG atau Real Madrid, tapi dia justru memilih jalan yang pelan tapi pasti.
Dan yang bikin dia beda, bukan cuma cara dia main, tapi juga bagaimana dia menghadapi tekanan publik, ekspektasi, dan bahkan tantangan personal yang cukup berat.
Latar Belakang: Bukan dari Akademi Elite, Tapi Punya Mental Fighter
Alexis Beka Beka lahir pada 29 Maret 2001 di Paris, Prancis, dan punya darah keturunan Kamerun. Dia tumbuh besar di pinggiran Paris, wilayah yang udah lama dikenal sebagai “mesin talenta” sepak bola Prancis.
Beda dari banyak pemain lain yang lahir dari akademi besar seperti Clairefontaine atau PSG, Beka Beka ditempa di akademi SM Caen—klub yang mungkin nggak besar, tapi punya reputasi kuat dalam ngelatih pemain muda buat tahan banting dan ngerti taktik dari dasar.
Di sinilah dia belajar jadi gelandang yang bisa beradaptasi di berbagai peran: bisa main sebagai deep-lying playmaker, bisa juga jadi box-to-box, bahkan kadang dimainin di posisi bek kanan karena stamina dan kemampuan duel-nya.
Debut Profesional: Pelan-Pelan, Tapi Stabil
Beka Beka debut di Ligue 2 bareng SM Caen saat usianya masih 18 tahun. Meskipun Caen bukan tim papan atas, dia dapet banyak menit main dan dipercaya buat handle lini tengah. Musim 2020/21 jadi musim penuh pertamanya, dan performanya cukup solid buat ukuran pemain muda.
Gaya mainnya langsung kelihatan: ngotot, lincah, dan punya distribusi bola yang oke. Dia bukan playmaker klasik, tapi lebih ke gelandang modern yang bisa ngisi ruang, bantu bertahan, dan tetap aktif dalam build-up.
Performanya yang konsisten bikin dia dapet panggilan ke timnas Prancis U-23, bahkan masuk skuad buat Olimpiade Tokyo 2020 (yang digelar 2021 karena pandemi). Ini jadi validasi bahwa dia bukan talenta biasa.
Transfer ke Lokomotiv Moscow: Keputusan Berani yang Gak Banyak Anak Muda Ambil
Tahun 2021, Beka Beka bikin keputusan mengejutkan: dia pindah dari Prancis ke Rusia, gabung ke Lokomotiv Moscow.
Ini langkah yang nggak umum buat pemain muda Prancis. Biasanya mereka pindah ke klub Jerman, Belanda, atau Belgia sebagai batu loncatan. Tapi Beka Beka ambil risiko – dan alasan utamanya jelas: jam main dan tanggung jawab lebih besar.
Di Lokomotiv, dia langsung jadi starter tetap. Main di liga yang lebih fisikal dan keras kayak Russian Premier League bikin dia makin matang. Dia belajar bertahan lebih disiplin, duel lebih keras, dan baca permainan dengan lebih cepat.
Tapi tentu aja, tantangannya bukan cuma di lapangan. Dari cuaca ekstrem sampai adaptasi budaya, semua jadi bagian dari proses.
Transfer ke OGC Nice: Balik ke Prancis, Siap Tunjukin Level Baru
Setelah satu musim di Rusia, OGC Nice datengin Beka Beka dengan nilai transfer sekitar €12 juta – angka yang lumayan tinggi buat pemain yang belum genap 100 penampilan profesional. Tapi ini bukti klub percaya sama potensinya.
Nice bukan tim ecek-ecek. Mereka punya ambisi buat jadi pesaing PSG, dan mereka lagi ngebangun tim muda penuh talenta. Di sinilah Beka Beka mulai masuk ke spotlight Ligue 1 secara serius.
Dia diplot buat jadi gelandang dinamis di bawah pelatih yang doyan pressing tinggi. Tapi musim pertamanya nggak gampang. Karena persaingan ketat di lini tengah, dia lebih banyak jadi pemain rotasi. Tapi tiap kali dia main, lo bisa liat: tenaga, intensitas, dan keinginan buat bikin impact.
Gaya Bermain: Gelandang Modern yang Serba Bisa
Lo gak bisa nyempilin Alexis Beka Beka ke satu posisi doang. Dia bukan gelandang bertahan murni, tapi juga bukan playmaker klasik. Dia lebih kayak gelandang hybrid yang bisa ngelakuin banyak hal:
- Tackling agresif – sering banget motong serangan di tengah lapangan.
- Dribbling progresif – bisa bawa bola dari lini bawah ke depan, bukan cuma umpan aman.
- Stamina gila – bisa lari sepanjang laga, cocok buat sistem high pressing.
- Passing – short passing-nya rapi, tapi long pass-nya masih bisa diasah.
Gaya main dia cocok buat sepak bola modern yang cepat dan transisi tinggi. Dan yang paling penting: dia punya attitude kerja keras, bukan tipe pemain muda yang nunggu spotlight jatuh sendiri.
Timnas Prancis: Masih Jauh dari Senior, Tapi Jalannya Kebuka
Beka Beka udah rutin main buat timnas U-20 dan U-23, termasuk di Olimpiade Tokyo. Tapi buat naik ke timnas senior Prancis? Jalannya masih panjang banget, karena di posisi dia saingannya brutal: Tchouaméni, Camavinga, Rabiot, Veretout, sampai Kante (kalau comeback).
Tapi kalau dia bisa konsisten di klub dan main reguler di Ligue 1 atau liga top lain, gak menutup kemungkinan dia bakal dapet panggilan senior, apalagi kalau Prancis butuh gelandang yang punya profile fighting spirit plus fleksibilitas.
Sisi Personal: Tekanan Mental, Media, dan Momen Kritis
Tahun 2023, Beka Beka sempat jadi sorotan bukan karena performa di lapangan, tapi karena masalah kesehatan mental. Ia pernah dilaporkan berada dalam kondisi emosional berat, bahkan sampai ke titik kritis.
Beruntung, dia diselamatkan tepat waktu. Dan setelah itu, banyak fans dan komunitas sepak bola kasih dukungan besar. Dari situ, muncul kesadaran penting bahwa pemain muda juga manusia, yang bisa burnout, tertekan, dan butuh ruang aman.
Beka Beka sendiri nggak banyak bicara ke media soal ini, tapi sikap dan keberaniannya buat terbuka patut diapresiasi. Dia ngebuktiin bahwa kekuatan mental bukan berarti gak pernah lemah, tapi tahu kapan minta bantuan dan bangkit lagi.
Sekarang dan Ke Depan: Belum Jadi Bintang, Tapi Udah Jadi Inspirasi
Saat artikel ini ditulis, Alexis Beka Beka masih terus berjuang buat dapet tempat tetap di starting XI OGC Nice. Kariernya belum meledak, tapi juga jauh dari selesai.
Kalau dia bisa jaga konsistensi, jaga fisik, dan makin dewasa secara taktik, bukan gak mungkin dia jadi nama penting di Ligue 1 dan (siapa tahu) salah satu pilar timnas Prancis masa depan.
Dan bahkan kalau pun dia gak tembus ke top-tier elit, dia tetap bisa jadi inspirasi – karena dari awal, jalannya udah beda. Dan dia tetap berjuang tanpa kehilangan jati diri.
Penutup: Alexis Beka Beka Adalah Bukti Kalau Jalur Alternatif Bisa Jadi Sumber Kekuatan
Gak semua pemain muda harus viral duluan buat sukses. Alexis Beka Beka nunjukin kalau lo bisa tetap relevan, tetap berkembang, dan tetap punya impact walau lo bukan dari akademi elit atau belum masuk klub besar.
Dia punya teknik, fisik, mental, dan sekarang juga punya cerita hidup yang bikin dia lebih kuat. Dia mungkin bukan headline hari ini, tapi dia layak banget buat diperhatiin.
Karena dalam sepak bola modern, lo gak cuma butuh talenta—lo butuh karakter. Dan Beka Beka udah punya dua-duanya.