Kalau lo suka bek yang rapi-rapi aja, main cantik ala ball-playing defender, mungkin lo gak bakal langsung naksir Gianluca Mancini. Tapi kalau lo suka bek yang rela berdarah, tekel mentah buat nutup celah, dan teriak tiap bola lepas, Mancini adalah pemain lo.
Dia bukan cuma “bek,” dia adalah pengacau lini serang lawan, sekaligus motivator lapangan yang bikin rekan-rekannya bangkit walau tertinggal. Lo mungkin belum ngelirik dia kayak ngelirik nama-nama kayak Bastoni, Gvardiol, atau Saliba… tapi sekali lo nonton Roma di laga panas, lo bakal sadar:
“Si nomor 23 ini, gila juga sih mainnya.”
Awal Karier: Naik Kelas dari Klub Kecil
Gianluca Mancini lahir 17 April 1996 di Pontedera, Italia. Karier awalnya gak terlalu glamor:
- Mulai dari akademi Fiorentina
- Lalu debut profesional bareng Perugia di Serie B
- Pelan-pelan nunjukin dia punya fisik, agresi, dan reading yang oke buat ukuran bek muda
Dia main total selama 2 musim di Serie B sebelum dilirik Atalanta, klub yang sering ngembangin talenta lokal jadi monster kompetisi.
Atalanta: Dilatih Gasperini, Mental Gladiator Muncul
Atalanta asuhan Gian Piero Gasperini dikenal sebagai tim yang “gila posisi.” Pressing tinggi, duel fisik, dan butuh pemain dengan stamina + kesadaran taktik.
Mancini jadi bagian dari sistem itu dan makin gila:
- Ditempa buat duel 1-on-1 tanpa bantuan
- Dikasih kebebasan bantu serangan (karena sering nyetak gol dari bola mati)
- Belajar baca tempo lawan, cover space, dan bangun serangan
Statistiknya makin solid:
- 2 musim, nyetak 6 gol sebagai CB (wow)
- Jadi salah satu bek paling agresif di Serie A
- Catat rata-rata tekel dan intersep tinggi tiap laga
Gak heran kalau AS Roma langsung ngincar dia.
Gabung AS Roma: Jadi Bek Utama dan Jiwanya Tim
Tahun 2019, Mancini resmi gabung Roma. Sejak itu, dia langsung:
- Jadi starter reguler
- Dipercaya main di berbagai formasi (back 4, back 3)
- Jadi bek kanan darurat, bahkan pernah dicoba jadi gelandang bertahan
Tapi satu yang konsisten:
Dia selalu ngasih energi, agresi, dan mental tempur.
Roma bukan tim paling stabil di Eropa, tapi mereka punya Mancini buat jaga identitas:
keras, gigih, gak mau kalah.
Gaya Main: Old School Body, New School Brain
Mancini adalah bek yang unik karena:
- Fisiknya kuat banget – duel udara, body contact, no problem
- Tapi juga taktis dan pintar – tahu kapan naik, kapan drop
- Jago baca gerakan penyerang lawan
- Punya mental lead dan suara paling lantang di lini belakang
Ciri khas Mancini:
- Tekel dengan confidence tinggi
- Blok shot kayak lagi main futsal
- Nyari celah buat masuk ke kotak penalti lawan dari situasi bola mati
- Sering banget bikin lawan frustrasi, bahkan kadang… over the line
Yup, dia juga terkenal provokatif. Banyak penyerang yang ke-trigger sama gaya mainnya yang “ngajak ribut.” Tapi buat Roma? Itu berkah.
Statistik Spesial
Beberapa angka yang ngasih gambaran betapa stabilnya Mancini:
- 30+ penampilan tiap musim sejak gabung Roma
- Rata-rata 2+ tekel dan 1.5 intersep per game
- 5+ gol dalam satu musim (2022/23) – buat bek? Gila
- Salah satu top passing accuracy Roma di area belakang
Di Timnas Italia: Bukan Starter, Tapi Selalu Siap
Di timnas, Mancini belum selalu starter karena saingan di posisinya keras banget:
- Bastoni
- Acerbi
- Buongiorno
- Scalvini
Tapi pelatih tetap bawa dia karena:
- Punya mentalitas turnamen
- Bisa backup tiga posisi
- Jadi pengganggu striker lawan di laga intens
Kalau Italia main lawan tim kaya Spanyol atau Inggris, pemain seperti Mancini bisa bikin lawan gak nyaman.
Mourinho x Mancini = Duo Toxic Tapi Efektif
Waktu José Mourinho masuk ke Roma, dia langsung jatuh hati ke Mancini. Kenapa?
- Mourinho suka pemain yang “keras kepala” dan siap mati di lapangan
- Mancini suka pelatih yang ngebela pemainnya dan gak peduli opini media
Hasilnya?
Mancini jadi bagian dari:
- Tim juara UEFA Conference League 2022
- Finalis Europa League 2023
- Salah satu trio bek paling solid di Eropa musim itu (bareng Smalling & Ibanez)
Bahkan saat main di bawah tekanan, Mancini tetap jadi andalan. Dia gak goyang sama boo penonton atau tekanan media. Dia malah makin panas.
Karakter: Bukan Model Instagram, Tapi Jiwanya Stadion
Kalau lo cari Mancini di media sosial, gak banyak yang bisa lo like. Dia gak doyan pencitraan, gak main vibes-vibes ala pemain top zaman sekarang.
Tapi di ruang ganti?
- Dia vokal
- Dia jadi pemimpin
- Dia yang paling dulu nyamperin temen yang jatuh
- Dia yang sering ngacungin tangan di konflik lapangan
Roma fans cinta dia, karena dia main dengan hati. Dan lo tahu pemain yang main pake hati itu bukan cuma main buat gaji—mereka main buat lambang di dada.
Kelemahan? Masih Ada
Gak adil kalau cuma puji-puji. Beberapa catatan buat Mancini:
- Kadang terlalu agresif: rawan dapet kartu (kuning-merah)
- Disiplin posisi kadang goyah saat ikut overlap
- Passing progresif masih belum elite (tapi membaik)
Tapi balik lagi, ini pemain yang terus belajar. Dari gaya meledak-ledak awal karier, sekarang dia udah makin “dewasa” secara taktik.
Apa Selanjutnya?
Mancini sekarang lagi di puncak kariernya:
- Usia 28: masih prime buat bek
- Punya pengalaman Eropa
- Siap jadi starter timnas pasca era bek veteran Italia
Kalau Roma gak bisa naik level, bukan gak mungkin dia pindah ke klub yang main di UCL reguler:
- Inter? Butuh pelapis kuat
- Juventus? Suka pemain lokal bertahan
- Premier League? Gaya kerasnya cocok banget
Penutup: Gianluca Mancini Adalah Bek yang Lo Benci Kalau Lawan, Tapi Lo Cinta Kalau Satu Tim
Dia bukan pemain elegan. Gak akan ada highlight “seksi” soal kontrol atau dribble-nya. Tapi dia adalah:
- Pemain yang ngelindungin timnya mati-matian
- Pemain yang gak takut kotor demi menang
- Bek dengan semangat tempur, bukan sekadar status elite
Dan buat tim seperti Roma, atau bahkan timnas Italia di momen-momen genting, punya pemain kayak Mancini itu priceless.